Senin, 17 Maret 2008

Konsep Diri Paulus sebagai koordinator Sharing Group

Bagaimana konsep diri Paulus sebagai koordinator Sharing Group?
Dampak terhadap
1. Relasi sebagai partner
2. Relasi sebagai koordinator

Paulus mempunyai konsep diri yang positif mengenai dirinya artinya
· Paulus dimiliki atau diterima oleh Allah tanpa syarat sebab ia yakin bahwa darah Yesus Kristus yang tercurah pada kayu salib merupakan bukti kuat akan kasih Allah terhadap dirinya (lihat Roma 5:6,8; Ibrani 9:14).
· Paulus menjadi rekan sekerja Allah (lihat Efesus 2:10 dan 2Korintus 5:17)

Dari 2 poin diatas maka Paulus mempunyai beberapa hal yaitu:
1. Mampu menerima dirinya sebagaimana adanya
(jangan mempunyai konsep diri yg negatif, berprasangka negatif))
2. Mampu menerima orang lain sebagaimana adanya
(jangan menganggap orang lain sebagai orang yg aneh)
3. Mempunyai kesediaan berkorban demi orang lain
(jangan ingin menang sendiri)
4. Mengembangkan ketrampilan dan kemampuannya dengan percaya diri
(jangan cepat berpuas diri)

Penjabarannya sebagai berikut:
1. Dengan konsep diri yang baik koordinator SG dapat bertumbuh dalam penerimaan akan dirinya, akan potensi-potensi positif dan negatif (kelemahan) yang dimilikinya. Ia akan berupaya bertumbuh dalam karakter-karakter positif dan berusaha memerangi karakter-karakter negatif di dalam dirinya. Dengan kata lain ia mengembangkan persepsi diri yang sehat, tidak dilanda prasangka negatif (Roma 12:3,16; Filipi 4:8). Sebab prasangka buruk terhadap anggota kelompok selalu menimbulkan gangguan bagi kesuksesan memimpin kelompok. Perlu ditambahkan bahwa prasangka buruk sering muncul dalam diri orang adalah karena hadirnya perasaan takut, seperti takut tersaingi, takut tidak dihormati, dan takut dianggap tidak berwibawa.
Implementasi:
Sebagai partner: prasangka buruk pasti sangat mengganggu koordinator SG saat melakukan komunikasi, sebagai contoh: prasangka negatif selalu muncul secara otomatis.
Sebagai koordinator: ada prasangka takut tersaingi, takut tidak dihormati dan takut dianggap tidak berwibawa

2. Koordinator SG dapat berkembang secara sehat dalam relasi dengan orang lain, termasuk kelompok. Ia mampu menerima orang lain sebagaimana adanya, sadar bahwa ia pun memiliki kelebihan dan kekurangan (lihat Roma 14:1; 15:1-3). Kemampuan semacam ini amat perlu mengingat koordinator SG menghadapi anggota kelompok yang senantiasa mencari konsep diri lebih baik. Patut kita catat bahwa lemahnya konsep diri yang dimiliki anggota kelompok sering berakibat kurang menyenangkan bagi kelangsungan sharing group. Boleh dikata salah satu tugas penting dari koordinator SG ialah meningkatkan konsep diri secara positif, selain membimbing anggota kelompoknya ke arah pengenalan dan penerimaan diri secara sehat.
Implementasi
Sebagai partner: lemahnya konsep diri membuat koordinator SG sukar untuk melihat anggota kelompoknya sebagai manusia yg mempunyai konsep diri.
Sebagai koordinator: tidak ditingkatkannya konsep diri mempunyai konsekuensi anggota kelompok tdk dapat ikut mengenal dan menerima diri secara sehat (menjadi contoh)

3. Dengan konsep diri positif koordinator SG dapat mengembangkan dirinya dalam segi kesediaan berkorban demi orang lain, serta menempatkan kepentingan orang lain terlebih dahulu (altruism). Kita tahu bahwa sikap sedia berkorban demi kemajuan anggota kelompok sangatlah penting dimiliki oleh seorang koordinator SG. Dengan sikap mental demikian koordinator SG bersedia tidak memaksakan kehendaknya, apalagi yang berkaitan dengan hal-hal yang anggota kelompok sendiri tidak mampu mengikuti atau melaksanakan. Dalam pengalaman, sering koordinator SG harus berkorban dalam segi perasaan, rela disepelekan, dianggap sepi oleh anggota kelompoknya sambil menunggu waktu untuk memperlihatkan kualitas diri yang sebenarnya. Sudah tentu upaya demikian harus diungkapkan dengan cara yang sehat (lemah lembut). Seorang koordinator SG dapat melihat teladan Yesus dalam kesediaan berkorban ini, di mana Ia bersedia untuk menyerahkan nyawa-Nya sekalipun (lihat Yohanes 10:17,18; 1 Yohanes 4:8-10). Yesus juga telah memberitahukan prinsip hidup utama yang harus didemonstrasikan oleh murid-murid- Nya. Ia berkata bahwa tidak salah menjadi besar dan terkemuka di hadapan orang lain, tetapi cara yang tepat untuk sampai ke tujuan itu haruslah dengan menjadikan diri sebagai pelayan atau penolong bagi orang lain (lihat Mat 20:26-28; Markus 10:45).

4. Dengan konsep diri yang sehat, seorang koordinator SG akan mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan pelayanannya dengan sikap percaya diri. Apalagi bila ia terus menunaikan tugasnya dengan motto: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku" (Fil 4:13). Artinya, persekutuan hidup dengan Kristus dapat membuahkan kemampuan baru dalam pribadi seorang koordinator SG. Justru perkara inilah yang akan dinyatakan Yesus sehingga Ia mengemukakan dengan tegas, "Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa- apa." (Yohanes 15:5). Kemampuan memang tidak datang begitu saja tanpa upaya belajar dan latihan untuk meningkatkan diri. Yang perlu ditegaskan juga di sini ialah bahwa kemampuan tidak saja menyangkut segi ketrampilan berbuat, tetapi juga segi kedewasaan pikiran dan perasaan. "Rasa mampu" atau tepatnya "percaya diri" inilah yang akan semakin dinyatakan Yesus di dalam diri seorang koordinator SG yang sepenuhnya bersedia bersandar kepada-Nya. Hal demikian dapat terjadi karena Roh Kudus senantiasa menyatakan kehadiran Yesus, yang mampu membuat koordinator SG tidak merasa kesepian lagi dalam menunaikan tugasnya (Lihat Yohanes 16:11-13; 1Yohanes 2:20,27; 3:24; 4:4)
Kiranya Tuhan memberkati anda semua.

Tidak ada komentar: